GosKul Hari Jadi Bogor ke 531.

Saya dan ceu @tariandrie, tentunya, menyadari betul kalau gowes kami hari minggu kemarin tepat sehari sebelum hari jadi kota kami tercinta, Bogor ke 531. Niat kami hari itu ingin gowes kami lebih 'bermakna'. Objek bangunan-bangunan bersejarah salah satu yang sangat menarik minat kami untuk dikunjungi. Jadilah hari itu kami gowes sambil nyanyi, "... melihat dengan asyik ke kanan dan ke kiri, saya panggil bang becak..." lhoo...

Gn. Salak dari atas atap :)
Tiap ada bangunan yang menarik kami berhenti sejenak, narsis atau sekedar mengabadikan bangunan dan keadaan sekitarnya. Paling asyik saat naik ke sebuah gedung dan dapat gambar gunung salak. Hari yang cerah ditambah awan yang berarak diatasnya membuat Gunung Salak kelihatan 'sangar'.


Untuk gedung-gedung apa saja yang kami kunjungi akan diposting @tariandrie atau mungkin lain waktu di goskul jilid 2, kali ini saya ingin mencintai Bogor melalui makanan-makanan khas nya.


Kueh Ali Agrem dan Dodongkal (Awug)
Tiba di rumah @tariandrie pagi itu saya disambut oleh penjaja kue keliling: "doo..dongkaall..." katanya memanggil mengingatkan saya yang belum sarapan. Sambil menunggu @tariandrie dandan (kayak mau ke undangan aja..) dodongkal atau yang saya kenal dengan nama Awug di Bandung, sesendok demi sesendok masuk mulut. Penyertanya ternyata si mamang tukang dodongkal bawa kue ali agrem atau donat tradisional yang terbuat dari tepung beras dan gula aren... si manis yang bikin hari minggu kemarin makin terasa maniis... :)

Baru gowes sekitar 2 kilo-an kami sarapan junk food di satu resto siap saji. Alasan kami kesana sebetulnya, selain lapar, kami ingin melihat apa yang terjadi dengan bangunan sebelumya yang (katanya) merupakan cagar budaya kota Bogor. Miris melihat bangunan tua bersejarah berubah menjadi resto siap saji yang modern dan sama sekali tidak memperlihatkan bekas bangunan atau paling tidak menunjukkan bagaimana tempat itu sebelumnya. Entah demi apa..

Bir Kocok; mantaap!
Selepas sarapan sambil tuker-tukeran foto buat di apload di jejaring sosial kami melanjutkan perjalanan. @tariandrie ingin melongok tempat dia dibesarkan dulu, di daerah china town-nya Bogor, Jl. Roda. Ternyata selain menyimpan banyak bangunan tua, Jl. Roda juga banyak menyediakan makanan dan minuman khas Bogor. Disana baru saya temui dan rasakan sensasi "bir  kocok" yang rasanya mirip bandrek hanya tidak pakai serai. Jadi isinya campuran jahe, gula aren, kayu manis dan cengkeh, harum dan menambah stamina ditambah es batu yang menambah segar, lalu dikocok sampai mengeluarkan busa, jadilah bentuknya seperti bir.








Asinan Bogor; Segarrr...
Di samping penjual bir kocok ada penjual asinan Bogor yang ketika saya perhatikan tak henti-henti orang membeli. Jadi penasaran, akhirnya saya beli sebungkus dengan pesanan "campur", isinya buah-buahan, sayur khas asinan plus antanan, goreng kacang (suuk) dan potongan oncom hitam khas Bogor. Setelah dicoba di rumah, amboii segaarr banget!


kwetiaw bakso.






Rupanya @tariandrie tertarik dengan bakso yang mangkal tak jauh dari situ. Karena perut masih penuh sarapan tadi ditambah segelas bir kocok, jadilah kami puaskan rasa penasaran kami terhadap bakso dengan semangkok berdua, ciee akrab nih.. hehehe. Kalau saja perut saya belum terlalu penuh saya akan beli lagi semangkok, enak sih! Dan oleh-oleh buat anak-anak saya beli bakpao manis isi kentang yang khas ada sejak dulu. Warnanya yang pink jadi cirinya selain bakpao putih yang berisi daging.



Bakpao isi kentang.
Setelah habis bakso, kami lanjutkan perjalanan. Ingin mencari sensasi "lebih" kami keluar masuk gang. Uniknya perumahan dalam gang di Bogor, selain banyak tangga karena kontur tanah di Bogor, pemukiman yang padat ini bisa menyesatkan, "...salah-salah kita bisa masuk dapur orang!" kata @tariandrie. Belok kanan kiri, lurus, tiba-tiba @tariandrie berhenti di depan tukang gorengan yang sedang menggoreng dagangannya... "Oncom ya pa?!" girang banget dia, kayak nemu apaaa gitu, apalagi setelah si mamang gorengan bilang iya, berhenti lagi deh... Goreng oncom beureum (merah) mulai jarang ditemui di tempat penjual gorengan. Itulah makanya temanku itu girang banget menemukan penjual gorengan yang menjual makanan kesukaannya. Kayaknya kalau bukan karena bakso yang menempati 3/4 isi perutnya, dia akan menghabiskan persediaan oncom si mamang tuh..

Naah setelah makan oncom goreng rupanya GPS @tariandrie agak bermasalah. Kejadian deh masuk gang buntu (untungnya ngga sampai masuk dapur orang). Setelah mengandalkan kemampuan berbahasa alias tanya di tiap pengkolan, akhirnya kami temukan jembatan yang menyebrangi sungai ciliwung. Agak jauh memutar memang, tapi tak apa karena tenaga masih super. Ketika melewati Jl. Bangka akhirnya GPS @tariandrie 'on' lagi. Sambil bercerita tempat-tempat dimana dia biasa main dan manjat pohon jambu sewaktu dia kecil, ketemu juga jembatan yang sebelumnya ingin dia lewati. Katanya dari jembatan itu bakal keliatan daerah Pulo Geulis sebagai sebuah Pulau di tengah sungai Ciliwung karena sungainya membelah dua, menarik ya..

GosKul atau Gowes Kuliner hari itu ditutup dengan nasi timbel di Jl. Bangbarung yang sudah mulai menjadi sentra jajanan dan makanan di kota Bogor. Sayangnya @tariandrie lupa oncom goreng untuk dimakan bareng nasi yang sengaja dia beli 'take away' tadi :D


Comments

Popular Posts